1.
Jenis/Macam kepariwisataan
Kepariwisataan memiliki
beberapa jenis-jenis tertentu dari mulai wisata budaya sampai wisata ziarah dan
memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Berikut ini adalah jenis/macam
kepariwisataan menurut pendit (1994).
1. Wisata Budaya
Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.
Seiring perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan–kesempatan mengambil
bagian dalam kegiatan–kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni
drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan
sebagainya.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga
di air, lebih–lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing,
berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan
mendayung, melihat–lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan
air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah–daerah atau
negara–negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di
Indonesia banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini,
seperti misalnya Pulau–pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau
Bali dan pulau–pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan
sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh
agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata
ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan
sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang–undang. Wisata cagar alam
ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya
dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang
beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan
masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam,
kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa
yang langka serta tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di tempat–tempat lain.
Di Bali wisata Cagar Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional Bali
Barat dan Kebun Raya Eka Karya
4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang
dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata
konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan
tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau
pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman
Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasiona (International Convention
Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International
Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di
Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan
perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau
Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan–badan
nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat
konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan
dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program–program atraksi yang
menggiurkan.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah
pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian,
perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat
mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat–lihat
keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya
pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang
dikunjungi.
6. Wisata Buru
Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang
memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam
bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu
gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di India, ada daerah–daerah yang memang
disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia,
pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana
wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.
7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama,
sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.
Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat
suci, ke makam–makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau
gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai
manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat
atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan
iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan
melimpah. Dalam hubungan ini, orang–orang Khatolik misalnya melakukan wisata
ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah suci,
orang–orang Budha ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan
sebagainya. Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi
oleh umat-umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan,
Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung
Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro
perjalanan menawarkan wisata ziarah ini pada waktu–waktu tertentu dengan
fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan yang diberi reduksi menarik ke
tempat–tempat tersebut di atas.
Sesungguhnya daftar jenis–jenis wisata lain dapat saja
ditambahkan di sini, tergantung kapada kondisi dan situasi perkembangan dunia
kepariwisataan di suatu daerah atau negeri yang memang mendambakan industri
pariwisatanya dapat meju berkembang. Pada hakekatnya semua ini tergantung
kepada selera atau daya kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung
dalam bisnis industri pariwisata ini. Makin kreatif dan banyak gagasan–gagasan
yang dimiliki oleh mereka yang mendedikasikan hidup mereka bagi perkembangan
dunia kepariwisataan di dunia ini, makin bertambah pula bentuk dan jenis wisata
yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri ini, karena industri pariwisata
pada hakikatnya kalau ditangani dengan kesungguhan hati mempunyai prospektif
dan kemungkinan sangat luas, seluas cakrawala pemikiran manusia yang melahirkan
gagasan–gagasan baru dari waktu–kewaktu. Termasuk gagasan–gagasan untuk
menciptakan bentuk dan jenis wisata baru tentunya.
Berdasarkan Letak Geografis , kegiatan pariwisata berkembang
·
Pariwisata lokal adalah pariwisata
setempat mempunyai ruang lingkup relatif sempit & terbatas , misal kota
bandung.
·
Pariwisata regional adalah
berkembang di suatu tempat atau daerah yang lebih luas dari lokal dan lebih
sempit dari nasional , misalnya Bali & Sumatra Utara.
·
Kepariwisataan nasional adalah
domestic tourism dan foreign tourism.
·
Regional-International Tourism
adalah kegiatan kepariwisataan yang terbatas , tetapi melewati batas-batas yang
lebih dari dua atau tiga negara. Misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah ,
dll.
·
International Tourism adalah
kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negera di dunia
Berdasarkan pengaruh terhadap neraca pembayaran
·
In tourism adalah kegiatan
kepariwisataan yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu
negara (memasukan devisa negara)
·
Outgoing tourism adalah kegiatan
kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri
bepergian ke luar negeri sebagai wisatawan
Berdasarkan alasan atau tujuan perjalanan
·
Business Tourism adalah pengunjung
datang untuk tujuan usaha , dinas , kengres, seminar, convetion, simposium,
dll.
·
Vacation Tourism adalah orang yang
melakukan perjalanan terdiri dari orang-orang yang berlibur , cuti , dll.
·
Education Tourism adalah pengunjunag
untuk tujuan studi atau memepalajari suatu biadang ilmu pengetahuan.
Berdasarkan pembagian menurut objeknya
·
Cultural Tourism adalah motivasi
orang-orang yang melakukan perjalanan disebabkan karena adanya faktor daya
tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah.
·
Recuperational Tourism adalah orang
orang yg bertujuan untuk menyembuhkan penyakit.
·
Commercial Tourism adalah wisata
yang dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau international , misal
expo, fair, exebition.
·
Sport Tourism adalah perjalanan yang
bertujuan untuk menyaksikan suatu pesta olah raga, misalnya world cup dan
olimpiade.
·
Political Tourism adalah perjalanan
yang bertujuan untuk menyaksikan suatu kejadian yang berhubungan dengan
kegiatan suatu negara. Misalnya hari angkatan perang.
·
Social Tourism , dilihat dari segi
penyelenggaraannya tidak menekankan untuk mencari keuntungan, misalnya study
tour.
·
Regional Tourism adalah perjalanan
untuk melihat upacara-upacara keagamaan, misalnya Ngaben.
2.
Keuntungan dan Kerugian Kepariwisataan terhadap
suatu daerah
Dalam mengadakan
kegiatan kepariwisataan pada suatu daerah tentunya akan menimbulkan
dampak-dampak tertentu kepada daerah yang dikunjungi oleh para pariwisatawan
tersebut baik berupa keuntungan maupun kerugian. Berikut adalah keuntungan dan
kerugian diadakannya kepariwisataan pada suatu daerah.
Beberapa keuntungan dari
pariwisata, diantaranya adalah :
1. Pendapatan Tetap
Pariwisata
dapat mendatangkan pendapatan tetap yang efeknya dapat berantai. Salah satunya
adalah terciptanya lapangan kerja untuk penduduk setempat. Selain itu,
masyarakat masih bisa memperoleh pendapatan melalui pengeluaran oleh wisatawan
misalnya cinderamata, makanan-minuman, penginapan, atau jasa pariwisata yang
lain. Akan tetapi perlu diingat bahwa masyarakat tidak bisa sepenuhnya
menggantungkan pendapatan mereka dari pariwisata. Pariwisata kondisinya sangat
berfluktuatif tergantung dari banyak hal diantarnya kondisi ekonomi dan faktor
keamanan serta kenyamanan. Banyak pekerjaan di sektor pariwisata juga merupakan
pekerjaan paruh waktu ataupun musiman, misalnya pemandu wisata akan ada
pekerjaan jika ada wisatawan.
2. Peningkatan Pelayanan Untuk Masyarakat
Adanya
sumber pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pariwisata baik di dalam maupun
luar kawasan lindung dapat memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Misalnya, masyarakat akan mampu mengakses pelayanan kesehatan
maupun pendidikan dengan lebih baik. Selain itu penerapan pajak ataupun
insentif dapat juga membantu proyek-proyek pembangunan di masyarakat. Pajak
dapat diperoleh dari iuran masuk kawasan ataupun konsesi penggunaan kawasan.
Proyek-proyek masyarakat dapat didanai dari kegiatan pariwisata berkelanjutan
ini seperti mendanai program sekolah yang sedang berjalan ataupun pembangunan
klinik kesehatan baru.
3. Penguatan dan Pertukaran Budaya
Interaksi
dengan masyarakat lokal serta tradisi dan budayanya merupakan sesuatu yang
sangat berharga bagi wisatawan, inilah salah satu alasan mereka berwisata.
Begitupun sebaliknya bagi masyarakat lokal, dapat membangun rasa percaya diri
serta bangga terhadap kebudayaan mereka karena tradisi dan budayanya disukai
oleh wisatawan. Peran dan interkasi masyarakat lokal terhadap wisata dan
wisatawan merupakan nilai tambah bagi pariwisata. Namun, kesuksesan dari proses
interaktif ini tergantung kepada masyarakat lokal juga, bagaimana mereka
mengolah proses serta situasi yang ada. Kemahiran berbahasa (untuk wisatawan
asing) serta keramahan dan kehangatan sikap masyarakat lokal menjadi hal
penting untuk upaya ini.
4. Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi
Sudah
menjadi hal umum jika kita biasanya kurang mensyukuri dan manghargai lingkungan
sekitar kita. Hal ini dapat disebabkan karena tiap saat kita hidup didalamnya
sehingga kurang bisa melihat keindahan, keunikan dan nikmat yang ada. Meskipun
pada dasarnya kita dapat memahami kerumitan alam dan peran sumber daya yang ada
di sekitar kita. Ketika orang luar datang dan mengagumi lingkungan, budaya
serta tradisi kita maka akan timbul rasa bangga pada apa yang kita miliki dan
biasanya akan diikuti dengan upaya konservasi. Banyak dari kita kemudian
berusaha untuk melindungi daerah kita serta mengubah pola hidup yang dapat
merusak lingkungan, misalnya kita akan menjaga kebersihan lingkungan, mengelola
kualitas air serta mempelajari budaya dan tradisi kita.
Adapun beberapa kerugian yang
ditimbulkan dari kegiatan pariwisata diantaranya adalah :
1. Rusaknya Lingkungan
Berasal
dari jumlah dan perilaku wisatawan yang dapat mengganggu dan merusak kondisi
lingkungan setempat. Berkaitan erat dengan daya dukung lingkungan dan dapat
dikontrol dengan pemberlakuan manajemen pariwisata yang baik dengan menerapkan
batasan perubahan yang dapat diterima. Proses yang dipakai adalah adaptif
aktif. Selalu dapat melihat setiap perubahan yang terjadi dengan menetapkan
kriteria serta indikator yang disesuaikan dengan tujuan paradigma pariwisata
yang dibangun.
2. Ketidakstabilan Ekonomi
Hal
ini membuat masyarakat rentan terhadap kondisi pariwisata yang fluktuatif.
Sebagai konsekuensinya, wisatawan dan masyarakat lokal dapat membayar harga
yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan, makanan-minuman, bahan bakar,
penginapan dll.
3. Kepadatan dan Kenyamanan
Terlalu
banyaknya wisatawan akan mengganggu kenyamanan wisatawan itu sendiri dan juga
masyarakat yang hidup di daerah tersebut, terutama jika hal ini terjadi di
kawasan lindung.
4. Pembangunan Berlebih
Pembangunan
pariwisata jika tidak dikontrol dengan baik dapat mengganggu kenyamanan dan
merusak lingkungan. Pembangunan dalam hal ini bisa dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu pembangunan yang terencana dan pembangunan yang tidak terencana.
Pembangunan terencana misalnya resort, hotel, dermaga, akses jalan dan
fasilitas pendukung wisata lainnya. Mereka sudah menempati ruang dan jumlah
tertentu. Pembangunan yang tidak terencana misalnya rumah-rumah pekerja
industri wisata. Pembangunan tidak terencana biasanya disebabkan oleh
masyakarat yang mencari pekerjaan di sektor wisata. Pembangunan ini seringkali
sewenang-wenang, tidak memperhatikan sanitasi dan kebersihan lingkungan Sehingga
kerap muncul gubuk-gubuk kumuh dan liar di sekitar lokasi wisata.
5. Pengaturan Dari Pihak Luar Yang Berlebihan
Meskipun hal ini terlihat sebagai penilaian subjektif tapi hal ini juga
telah menjadi pusat perhatian para pemerhati kegiatan pariwisata. Pengusaha
luar biasanya mempunyai pengalaman serta sumber pendanaan yang lebih banyak.
Seringkali dengan pengalaman, pengetahuan serta kekuatan yang mereka miliki
timbul kecenderungan bahwa mereka akan mengatur kegiatan pariwisata dan dapat
menekan orang lokal atau menimbulkan kesan seolah-olah orang lokal hanya
sebagai peran pembantu saja. Hal ini akan berdampak tidak baik bagi kegiatan
pariwisata itu sendiri karena kegiatan pariwisata ini dapat dibenci dan
tidak didukung orang lokal. Diperlukan komunikasi yang baik dan pemerintah
mempunyai peran besar terhadap manajemen pariwisata di suatu kawasan lindung.
6. Kebocoran Secara Ekonomi
Pajak dari sektor pariwisata dapat “bocor” ke tempat atau daerah lain
jika wisatawan lebih memilih membeli barang ataupun memakai jasa-usaha yang
dikelola oleh orang luar (non lokal). Sebenarnya hal ini lumrah dan biasa
terjadi di berbagai tempat wisata dan kita juga tidak bisa menghindarinya. Hal
yang perlu dipikirkan kembali adalah membatasi kebocoran yang terjadi dengan
pemberdayaan masyarakat lokal. Untungnya, banyak wisatawan yang semakin sadar
untuk membeli dan memakai produk lokal jika mereka diberi kesempatan dengan
catatan bahwa barang dan jasa yang ditawarkan dapat bersaing dan bermutu bagus.
7. Perubahan Budaya
Perubahan
budaya yang terjadi di masyarakat dapat bersifat positif dan negatif,
tergantung dari mana kita memandangnya. Bagaimanapun masyarakat biasanya tidak
mampu atau tidak diberi kesempatan untuk menentukan apakah mereka ingin berubah
atau tidak. Perubahan akan terjadi dengan begitu saja tanpa masyarakat
menyadarinya. Bagi para wisatawan, ada yang mengharapkan agar masyarakat tidak
berubah tetapi bagi sebagian wisatawan yang lain masyarakat merupakan target
perubahan untuk dipengaruhi. Dilihat dari masyarakat itu sendiri juga ada
beberapa perspektif. Ada masyarakat yang ingin menuju ke arah modernisasi, ada
masyarakat yang ingin mempertahankan gaya hidup serta budaya mereka tetapi ada juga
masyarakat yang tidak peduli dengan perubahan yang terjadi selama mereka dapat
hidup layak.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar