Ayam rasa tau ayam broiler memang
sangat nikmat untuk disantap. terlebih lagi, saat ini ayam goreng menjadi salah
satu makanan favorite bagi masyarakat Indonesia wilayah perkotaan. Namun, 85%
ayam goreng broiler di Jakarta dan sekitarnya mengandung residu antibiotik.
Antibiotik yang disuntikan secara terus-menerus bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pertumbuhan dan kesehatan ayam. Dalam penyuntikkan dengan dosis yang
tepat, hal tersebut sangat berguna bagi ayam dan pengonsumsi ayam, tetapi
dengan dosis yang berlebihan, tentunya hal tersebut berdampak buruk bagi
kesehatan tubuh setiap orang yang mengkonsumsinya. Berikut adalah hasil lengkap
investigasi residu antibiotik pada ayam di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Sejauh ini, ayam broiler memang
sangat diminati karena daging nya yang lebih empuk, nikmat dan pertumbuhannya
juga lebih pesat jika dibangingkan dengan ayam kampung. Terlebih lagi, protein
daging dari ayam jenis ini terbilang tinggi. Pada tahun 2013, pakar kesehatan
mengeluarkan hasil penelitian ayam goreng di wilayah jabodetabek dan hasilnya
85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler positif mengandung residu
antibiotik. Kasus serupa ini juga pernah terjadi di Negara china. Daging ayam
di restaurant cepat saji juga ternyata banyak yang mengandung residu antibiotik
yang tinggi.
Untuk memastikan hasil penelitian
ini, Tim investigasi TransTv mengunjungi sebuah peternakan ayam dan
mewawancarai salah seorang peternak disana. Ayam-ayam yang dirawat peternak
tersebut rata-rata berusia 1-25 hari sebelum akhirnya dijual kepasar. Ia telah
menekuni profesi ini selama 4 tahun dan mempelajari cara menyuntik ayam broiler
tersebut selama 1 tahun dengan melihat cara peternak lain menyutikkan residu
antibiotik kepada ayam broiler dan mencoba mempraktikkannya. Peternakan ayam
ditempat ia bekerja tersebut biasanya memproduksi sekitar 8000 ekor setiap
bulannya dan yang dijamin memiliki pertumbuhan baik sekitar 7500 jika
disuntikkan residu antibiotik dan hanya 6000 ekor yang dapat bertumbuh dengan
baik jika tidak.
Ia selalu menyuntikkan residu
antibiotik tersebut untuk menekan keuntungan usaha ternak yang menjadi
tempatnya bekerja. Dosis suntikan residu antibiotik yang diberikan kepada
setiap ayam yang diternaknya adalah 5 miligram dan juga diberikan setetes obat
air mata untuk kesehatan mata ayamnya yang juga memiliki dosis kurang lebihnya
5 gram. Pasokan anti biotik tersebut didapatkan dari toko khusus peternakan
yang mudah didapatkan oleh siapa saja. Anak ayam broiler yang disuntikkan
antibiotic biasanya berumur 5 hari. Ayam-ayam yang sudah berusia 25 hari atau
berbobot 10 ons telah dinanti oleh para pengusaha pemotong ayam dari pulang
pelosok pulau jawa. Harga yang biasanya diberikan kepada mereka bekisar 19.500/
kilogramnya. Modal yang dikeluarkan oleh pengusaha peternak ayam broiler dengan
suntikkan residu antibiotik adalah sekitar 400 juta rupiah.
Tim investigasi Trans Tv juga mengambil sample
ayam dari beberapa restaurant ternama dan 8 diantara 11 sample tersebut positif
mengandung residu antibiotik. Hal ini tentunya cukup mengejutkan karna dengan
kata lain, sebagian besar dari restaurant di JABODETABEK mengandung bahan
residu antibiotic berbahaya dan pastinya berdampak buruk bagi kesehatan.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada cara yang mudah untuk membedakan ayam yang
telah disuntikkan antibiotic dengan yang tidak.
Sumber: http://youtu.be/UE7z6pYTmPY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar