Minggu, 09 Oktober 2016

investigasi residu antibiotik

Ayam rasa tau ayam broiler memang sangat nikmat untuk disantap. terlebih lagi, saat ini ayam goreng menjadi salah satu makanan favorite bagi masyarakat Indonesia wilayah perkotaan. Namun, 85% ayam goreng broiler di Jakarta dan sekitarnya mengandung residu antibiotik. Antibiotik yang disuntikan secara terus-menerus bertujuan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan kesehatan ayam. Dalam penyuntikkan dengan dosis yang tepat, hal tersebut sangat berguna bagi ayam dan pengonsumsi ayam, tetapi dengan dosis yang berlebihan, tentunya hal tersebut berdampak buruk bagi kesehatan tubuh setiap orang yang mengkonsumsinya. Berikut adalah hasil lengkap investigasi residu antibiotik pada ayam di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Sejauh ini, ayam broiler memang sangat diminati karena daging nya yang lebih empuk, nikmat dan pertumbuhannya juga lebih pesat jika dibangingkan dengan ayam kampung. Terlebih lagi, protein daging dari ayam jenis ini terbilang tinggi. Pada tahun 2013, pakar kesehatan mengeluarkan hasil penelitian ayam goreng di wilayah jabodetabek dan hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler positif mengandung residu antibiotik. Kasus serupa ini juga pernah terjadi di Negara china. Daging ayam di restaurant cepat saji juga ternyata banyak yang mengandung residu antibiotik yang tinggi.
Untuk memastikan hasil penelitian ini, Tim investigasi TransTv mengunjungi sebuah peternakan ayam dan mewawancarai salah seorang peternak disana. Ayam-ayam yang dirawat peternak tersebut rata-rata berusia 1-25 hari sebelum akhirnya dijual kepasar. Ia telah menekuni profesi ini selama 4 tahun dan mempelajari cara menyuntik ayam broiler tersebut selama 1 tahun dengan melihat cara peternak lain menyutikkan residu antibiotik kepada ayam broiler dan mencoba mempraktikkannya. Peternakan ayam ditempat ia bekerja tersebut biasanya memproduksi sekitar 8000 ekor setiap bulannya dan yang dijamin memiliki pertumbuhan baik sekitar 7500 jika disuntikkan residu antibiotik dan hanya 6000 ekor yang dapat bertumbuh dengan baik jika tidak.
Ia selalu menyuntikkan residu antibiotik tersebut untuk menekan keuntungan usaha ternak yang menjadi tempatnya bekerja. Dosis suntikan residu antibiotik yang diberikan kepada setiap ayam yang diternaknya adalah 5 miligram dan juga diberikan setetes obat air mata untuk kesehatan mata ayamnya yang juga memiliki dosis kurang lebihnya 5 gram. Pasokan anti biotik tersebut didapatkan dari toko khusus peternakan yang mudah didapatkan oleh siapa saja. Anak ayam broiler yang disuntikkan antibiotic biasanya berumur 5 hari. Ayam-ayam yang sudah berusia 25 hari atau berbobot 10 ons telah dinanti oleh para pengusaha pemotong ayam dari pulang pelosok pulau jawa. Harga yang biasanya diberikan kepada mereka bekisar 19.500/ kilogramnya. Modal yang dikeluarkan oleh pengusaha peternak ayam broiler dengan suntikkan residu antibiotik adalah sekitar 400 juta rupiah.
 Tim investigasi Trans Tv juga mengambil sample ayam dari beberapa restaurant ternama dan 8 diantara 11 sample tersebut positif mengandung residu antibiotik. Hal ini tentunya cukup mengejutkan karna dengan kata lain, sebagian besar dari restaurant di JABODETABEK mengandung bahan residu antibiotic berbahaya dan pastinya berdampak buruk bagi kesehatan. Sayangnya, sampai saat ini belum ada cara yang mudah untuk membedakan ayam yang telah disuntikkan antibiotic dengan yang tidak.
Sumber:               http://youtu.be/UE7z6pYTmPY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar